Jumat, 11 Juli 2008

DARAH RHESUS

GOLONGAN DARAH ANDA LANGKA?

Golongan darah identik dengan sistem A-B-O. Jarang terdengar ada sistem golongan darah rhesus positif atau negatif. Padahal kedua sistem itu sama penting dan perlu diketahui. Terlebih bagi Anda yang berhesus negatif, karena termasuk langka. Percayalah, ini bukan kelainan bawaan, tetapi bisa merepotkan.

Penulis: M. Sholekhudin

Manusia langka
Di dunia, pemilik darah rhesus negatif menjadi golongan minoritas. Menurut catatan American Association of Blood Bank, sebagian besar orang di dunia memiliki rhesus di dalam darahnya. Hanya sebagian kecil yang tidak.

Persentase jumlah pemilik darah rhesus negatif berbeda-beda antarkelompok ras. Pada ras bule (seperti warga Eropa, Amerika, dan Australia), jumlah pemilik darah rhesus negatif sekitar 15 - 18%. Sedangkan pada ras Asia, persentasenya jauh lebih kecil.

"Di Indonesia, jumlah pemilik darah rhesus negatif hanya sekitar setengah persen," kata Yuyun. Dari seribu orang, hanya sekitar lima orang berdarah rhesus negatif. Namun, jangan salah sangka, darah rhesus negatif bukan sebuah kelainan atau penyakit bawaan. Itu seperti halnya orang bertangan kidal (left handed). Perbedaan ini semata-mata masalah genetik, bukan karena salah bunda mengandung.

Karena persentasenya sangat kecil, jumlah pendonor pun amat langka. Lebih-lebih yang miliki golongan darah AB rhesus negatif. Ini golongan darah paling langka. Di bank darah PMI, stok darah rhesus negatif biasanya hanya satu kantung untuk masing-masing golongan darah A-B-O. Selain karena jumlah pendonor langka, permintaannya pun memang sangat jarang.

Untuk mengantisipasi jika ada kebutuhan sewaktu-waktu, PMI menerapkan sistem donor panggilan. Sebagai bank data, PMI mencatat identitas lengkap mereka yang diketahui berhesus negatif. Jika ada permintaan darah rhesus negatif, PMI akan menghubungi mereka agar mendonorkan darahnya.

Mungkin karena dipersatukan oleh nasib sebagai sesama warga minoritas, mereka biasanya tak sulit dimintai bantuan. Jika si pendonor tidak bisa datang ke PMI karena kesibukan kerja, umpamanya, maka pihak PMI akan mendatanginya. Tak bisa siang, malam pun jadi. Solidaritas mereka betul-betul layak dicontoh.

Meski begitu, di saat-saat tertentu PMI kadang tetap tidak bisa memenuhi permintaan darah rhesus negatif. Yuyun memberi contoh, PMI DKI Jakarta kadang harus minta bantuan PMI daerah lain, misalnya Bali, karena di sana banyak warga asing. Jika cara ini pun tidak berhasil, PMI Pusat kadang sampai harus minta bantuan palang merah negara lain, semisal Singapura, Australia, atau Belanda.

Walhasil, solidaritas kaum rhesus negatif tak hanya dalam satu kota atau antarkota, tapi juga lintas negara. Bank data pemilik darah rhesus negatif biasanya tercatat di PMI tingkat daerah (provinsi) atau PMI tingkat cabang (kabupaten atau kota). Tentu saja tidak semua pemilik darah rhesus negatif tercatat di bank data PMI. Yang tercatat hanya mereka yang kebetulan telah menjalani pemeriksaan rhesus.

Seperti kita tahu, pada sistem A-B-O, darah terbagi menjadi empat golongan: A, B, AB, dan O. Pada sistem rhesus, golongan darah terbagi menjadi dua: rhesus positif dan negatif. Dua sistem penggolongan ini berbeda satu sama lain. Tapi dalam urusan donor darah, keduanya saling melengkapi. Jika dua sistem ini digabung, maka terdapat delapan macam golongan darah: A(+), A(-), B(+), B(-), AB(+), AB(-), O(+), dan O(-).

Rhesus sendiri sebenarnya protein yang terdapat pada permukaan sel darah merah. Sistem penggolongan berdasarkan rhesus ditemukan oleh Landsteiner dan Wiener tahun 1940. Dinamai "rhesus" karena saat itu Landsteiner-Wiener melakukan riset menggunakan darah kera rhesus (Macaca mulatta), salah satu spesies kera yang banyak dijumpai di India dan Cina.

Makanya, mereka yang mempunyai faktor protein ini di dalam darahnya disebut berdarah rhesus positif. Sedangkan yang tidak memilikinya disebut berhesus negatif. Mirip pada sistem A-B-O, pada sistem rhesus juga terdapat aturan khusus dalam urusan sumbang-terima darah.

Pemilik darah rhesus negatif tidak boleh ditranfusi dengan darah rhesus positif. Jika dua jenis golongan darah ini saling bertemu, dipastikan akan terjadi "perang" di antara keduanya. Sistem pertahanan tubuh si reseptor (penerima donor) akan menganggap rhesus dari donor itu sebagai benda asing yang perlu dilawan, seperti melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuh.

Sebagai bentuk perlawanan, tubuh reseptor akan memproduksi antirhesus. Saat transfusi pertama, kadar antirhesus masih belum cukup tinggi sehingga relatif tak menimbulkan masalah serius. "Tapi pada tranfusi kedua, akibatnya bisa fatal," terang dr. Yuyun SM Soedarmono, M.Sc., Direktur Unit Tranfusi Darah Pusat PMI.

Saat tranfusi kedua, antirhesus mencapai kadar cukup tinggi. Antirhesus akan menyerang dan memecah sel-sel darah merah dari donor. Kondisi ini bukan hanya menyebabkan tujuan tranfusi darah tak tercapai, tapi juga malah memperparah kondisi si reseptor sendiri. Ginjalnya harus bekerja keras mengeluarkan sisa pemecahan sel-sel darah merah itu.

Itu sebabnya, pemilik rhesus negatif tidak boleh menerima donor darah rhesus positif, sekalipun berdasarkan sistem A-B-O golongan darahnya sama. Aturan ini tetap berlaku meskipun pendonor adalah keluarga dekat atau bahkan anak, yang notabene darah-dagingnya sendiri.

Namun, aturan itu hanya berlaku satu arah. Pemilik darah rhesus positif bisa menerima donor, baik dari sesama pemilik darah rhesus positif maupun dari yang negatif. Hal ini karena darah rhesus negatif tidak mengandung "benda asing" yang bisa disangka sebagai musuh yang dapat memicu timbulnya antirhesus.

Selain itu Urusan rhesus darah tak hanya penting saat proses tranfusi darah. Faktor ini juga perlu diketahui oleh para ibu hamil. Terutama jika ia berdarah rhesus negatif, sementara suaminya berdarah rhesus positif. Masalah ini biasanya terjadi pada perkawinan atarbangsa. Secara genetik, rhesus positif dominan terhadap rhesus negatif. Anak dari pasangan beda rhesus punya kemungkinan 50 - 100% berhesus positif. Kemungkinan berhesus negatif hanya 0 - 50%. Artinya, rhesus si anak lebih mungkin berbeda dengan si ibu.

Jika tidak tepat ditangani, perbedaan rhesus antara calon bayi dengan ibu ini bakal menimbulkan masalah. Lewat plasenta, rhesus darah janin akan masuk ke peredaran darah si ibu. Selanjutnya, ini akan menyebabkan tubuh si ibu memproduksi antirhesus. Lewat plasenta juga, antirhesus ini akan melakukan serangan balik ke dalam peredaran darah si calon bayi. Sel-sel darah merah si calon orok akan dihancurkan.

Pada kehamilan pertama, antirhesus mungkin hanya akan menyebabkan si bayi lahir kuning (karena proses pemecahan sel darah merah menghasilkan bilirubin yang menyebabkan warna kuning pada kulit). Tapi pada kehamilan kedua, problemnya bisa menjadi fatal jika anak kedua juga memiliki rhesus positif. Saat itu, kadar antirhesus ibu sedemikian tinggi, sehingga daya rusaknya terhadap sel darah merah bayi juga hebat. Ini bisa menyebabkan janin mengalami keguguran.

Jika sebelum hamil si ibu sudah mengetahui rhesus darahnya, masalah keguguran ini bisa dihindari. Sesudah melahirkan anak pertama, dan selama kehamilan berikutnya, dokter akan memberikan obat khusus untuk menetralkan antirhesus darah si ibu. Dengan terapi ini, anak kedua bisa diselamatkan.
dikutip dari majalah INTISARI No. 519 TH. XLIII
OKTOBER 2006

INTERVENSI KEPERAWATAN

PEMASANGAN KATETER

Definisi :
Kateterisasi merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke kandung kemih melalui uretra yang bertujuan membantu memenuhi kebutuhan eliminasi dan sebagai pengambilan bahan pemeriksaan .

Indikasi :
1.Tipe Intermitten :
Tidak mampu berkemih 8-12 jam setelah operasi
Rtensi akut setelah trauma uretra
Tidak mampu berkemih akibat obat sedative
Cedera pada tulang belakang
Degenarasi neuromuskuler secara progresif
Pengeluaran urin residual

2.Tipe inwelling :
Obstruktif aliran urine
Pascaoperasi uretra dan struktur disekitarnya
Obstruksi uretra
Inkontinensia dan disorientasi berat

PERSIAPAN ALAT
1.Hand scoon steril
2.Kateter steril sesuai dengan ukuran dan jenis
3.Duk steril
4. Jelly
5.Larutan pembersih antiseptic ( kapas sublimate )
6.Spuit
7.Aquadest
8.Perlak
9.Pinset anatomi
10.Benkok
11.Urinal bag
12.Sampiran

PELAKSANAAN
1.Cuci tangan
2.Jelaskan prosedur
3.Atur ruangan
4.Gunakan handscoon steril
5.Bersihkan vulva dengan kapas sublimat dari atas kebawah sampai bersih (wanita),dan untuk laki-laki tarik prepusium kebawah kemudian bersihkan dari dalam keluar sampai bersih
6. Beri pelumas atau jelli pada kateter (kurang lebih 2,5 – 5 cm ) lalu masukkan ke orifisium uretra secara perlahan sambil meminta pasien nafas dalam, masukkan 2,5 -5 cm atau hingga urine keluar ( wanita ), untuk laki- laki posisikan penis sesuai anatomi lalu masukkan secara berlahan 7,5-10cm atau hingga urine keluar
7.Setelah selesai, isi balon dengan cairan aquadest menggunakan spuit
8.Lepaskan duk lubang
9.Sambungkan kateter dengan urobag dan fiksasi ke arah samping
10.Rapikan alat
11.Cuci tangan
12.Dokumentasi

SIKAP :
1.Hati-hati
2.Teliti
3.Sopan




MEMASANG KONDOM KATETER
PERSIAPAN ALAT
1.Hand scoon
2.Air sabun
3.Pengalas
4.Kondom kateter
5.Urinal bag
6.Bengkok
7.Sampiran

PELAKSANAAN
1.Cuci tangan
2.Jelaskan prosedur
3.Paang sampiran
4.Pasang perlak/ pengalas
5.Gunakan hand scoon
6.Atur posisi pasien dengan terlentang
7.Bersihkan daerah genetalia dengan sabun dan bilas dengan air bersih hingga bersih dan keringkan
8.Lakukan pemasangan kondom dengan menyisakan 2,5 – 5 cm ruang antara gland penis dengan ujung kondom
9.Lekatkan batang penis dengan perekat elastis, tapi jangan terlalu ketat
10.Hubungkan ujung kondom kateter dengan urobag
11.Rapikan alat
12.Cuci tangan




MENYIAPKAN FECES UNTUK BAHAN PEMERIKSAAN
Definisi
Merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feces sebagai bahan pemeriksaan , yaitu pemeriksan lengkap dan pemeriksaan kultur
1.Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas pemeriksaan warna, bau, konsistensi, lender, darah dan lain-lain
2.Pemeriksaan feces kultur merupakan pemeriksaan feces melalui biakan

PERSIAPAN ALAT
1.Tempat penampung atau botol penampung beserta penutup
2.Etiket khusus
3. Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil feces

PELAKSANAAN
1.Cuci tangan
2.Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.Anjurkan pasien untuk BAB lalu ambil feces dengan lidi kapas yang disediakan
4.Masukkan bahan pemeriksaan kedalam botol yang telah disediakan
5. Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan
6.Cuci tangan



MEMBANTU PASIEN BUANG AIR BESAR DENGAN MENGGUNAKAN PISPOT


Definisi
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu buang air besar secara mandiri dikamar kecil dengan cara membantu menggunakan pispot untuk BAB ditempat tidur dan bertujuan memenuhu kebutuhan eliminasi alvi

PERSIAPAN ALAT
1.Alas/ perlak
2.Pispot
3.Air bersih
4.Tisu
5.Sampiran
6.Hand scoon

PELAKSANAAN
1.Cuci tangan
2.Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
3.Pasang sampiran
4.Gunakan sarung tangan
5.Pasang pengalas dibawah gluteal
6.Tempatkan pispot dibawah gluteal, tanyakan pada pasien apakah sudah nyaman atau belum, kalau belum atur sesuai dengan kebutuhan
7.Anjurkan pasien untuk BAB dipispot yang sudah disediakan
8.Setelah selesai , siram dengan air hingga bersih dan keringkan dengan tisu
9.Rapikan alat dan tempat tidur pasien
10.Cuci tangan




MEMBERIKAN HUKNAH RENDAH DAN HUKNAH TINGGI

Definisi
Huknah rendah :
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat ke dalam kolon desenden dengan menggunakan kanula rectal melalui anus dengan tujuan :
1.Mengosongkan usus pada proses pra bedah agar dapat mencegah terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak dari pasca operasi
2.Merangsang BAB bagi pasien yang mengalami kesulitan BAB

Huknah Tinggi
Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat ke dalam kolon asenden dengan menggunakan kanula usus bertijuan untuk mengosongkan usus pasien pra bedah atau untuk prosedur diagnostic

PERSIAPAN ALAT
1.Perlak
2.Irigator lengkap dengan kanula usus/ kanula rectal
3.Cairan hangat kurang lebih 700 ml – 1000 ml dengan suhu 40,5-43 derajat celcius pada orang dewasa
4.Bengkok
5.Jelli
6.Pispot
7.Sampiran
8.Hand scoon
9.Tisu

PELAKSANAAN
1.Cuci tangan
2.Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3.Atur ruangan, pasang sampiran
4.Atur posisi pasien : miring kekiri ( huknah rendah ) / miring ke kanan ( huknah tinggi )
5.Pasang pengalas/ perlak
6.Pakai hand scoon
7.Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan hubungkan dengan kanula rectal ( huknah rendah )/ dengan kanula usus ( huknah tinggi), kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air ke bengkok serta berikan jelli pada ujung kanula
8.Masukkan kanula rectum kurang lebih 15 cm ke dalam rectum kearah kolon desenden dan pegang irrigator setinggi 50 cm dr tempat tidur ( huknah rendah) / masukkan kanula usus kurang lebih 15-20 cm( huknah tinggi ) sambil pasien diminta nafas dalam dan tinggikan irrigator setinggi 30 cm dari tempat tidur dan buka klem sehingga air mengalir sampai pasien menunjukkan keinginan untuk BAB
9.Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila mau BAB, pasang pispot atau anjurkan ke toilet. Jika pasien tidak mampu mobilisasi jalan, bersihkan daerah genetalia hingga bersih
10.Cuci tangan
11.Catat jumlah feses yang keluar, warna, konsistensi dan respon pasien
















MEMBERIKAN GLISERIN
Definisi
Merupakan tindakan keperawatan dengan memasukkan cairan gliserin ke dalam poros usus dengan menggunakan spuit gliserin, bertujuan : merangsang peristaltic usus sehingga pasien dapat buang air besar dan juga digunakan untuk persiapan operasi.

PERSIAPAN ALAT
1.Spuit gliserin
2.Gliserin dalam tempatnya
3.Bengkok
4.Pengalas
5.Sampiran
6.Hand scoon
7.Tisu

PELAKSANAAN
1.Cuci tangan
2.Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
3.Atur ruangan, pasang sampiran
4.Atur posisi pasien ( miring kekiri ) dan berikan pengalas dibawah gluteal serta buka pakaian bagian bawah pasien
5.Gunakan hand scoon, kemudian isis spuit dengan gliserin kurang lebih 10-20 cc dan cek kehangatan cairan gliserin
6.Masukkan gliserin perlahan – lahan ke dalam anus denga cara tangan kiri mendorong perenggangan daerah rectum, tangan kanan memasukkan spuit ke dalam anus sampai pangkal kanula dengan ujung spuit diarahkan ke depan dan anjurkan pasien nafas dalam
7.Pasang pispot/ anjurkan pasien ke toilet
8.Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

GLAUKOMA


Pada kebanyakan orang, kerusakan syaraf mata ini disebabkan oleh peningkatan tekanan di dalam bola mata sebagai akibat adanya hambatan sirkulasi atau pengaliran cairan bola mata (cairan jernih yang membawa oksigen, gula dan nutrient/zat gizi penting lainnya ke bagian-bagian mata dan juga untuk mempertahankan bentuk bola mata). Pada sebagian pasien kerusakan syaraf mata bisa juga disebabkan oleh suplai darah yang kurang ke daerah vital jaringan nervus opticus, adanya kelemahan struktur dari syaraf atau adanya masalah kesehatan jaringan syaraf.

Glaukoma adalah salah satu penyebab utama kebutaan dan rusaknya penglihatan di seluruh belahan dunia. 2 tipe glaukoma yang paling sering adalah Primary Open Angle Glaucoma (POAG)/glaukoma sudut terbuka dan Acute/chronic closed angle glaucoma/ glaukoma  sudut tertutup. Tipe lain termasuk diantaranya Normal Tension Glaucoma, congenital glaucoma, pigmentary glaucoma dan secondary glaucoma.
Populasi yang berbeda cenderung untuk menderita tipe glaukoma yang berbeda pula. Pada umumnya, orang suku Afrika dan Asia lebih tinggi risikonya untuk menderita glaukoma dan kehilangan penglihatannya daripada orang kulit putih dan glaukoma adalah salah satu penyebab utama kebutaan di Asia. 

Apa yang terjadi pada Glaukoma?
Peningkatan tekanan di dalam mata (intraocular pressure) adalah salah satu penyebab terjadinya kerusakan syaraf mata (nervus opticus) dan menunjukkan adanya gangguan dengan cairan di dalam mata yang terlalu berlebih. Ini bisa disebabkan oleh mata yang memproduksi cairan terlalu berlebih, cairan tidak mengalir sebagaimana mestinya melalui fasilitas yang ada untuk keluar dari mata (jaringan trabecular meshwork) atau sudut yang terbentuk antara kornea dan iris dangkal atau tertutup sehingga menyumbat/ memblok pengaliran daripada cairan mata. 
Sebagian orang yang menderita glaukoma namun masih memiliki tekanan di dalam bola matanya normal, penyebab dari tipe glaukoma semacam ini diperkirakan adanya hubungan dengan kekurangan sirkulasi darah di daerah syaraf/nervus opticus mata. Meski glaukoma lebih sering terjadi seiring dengan bertambahnya usia, glaukoma dapat terjadi pada usia berapa saja. Risiko untuk menderita glaukoma diantaranya adalah riwayat penyakit glaukoma di dalam keluarga (faktor keturunan), suku bangsa, diabetes, migraine, tidak bisa melihat jauh (penderita myopia), luka mata, tekanan darah, penggunaan obat-obat golongan cortisone (steroids). 

Macam/tipe Glaukoma 
  • Primary open angle glaucoma (Glaukoma sudut terbuka)
Tipe ini merupakan yang paling umum/sering pada glaukoma dan terutama terjadi pada orang lanjut usia (di atas 50 tahun). Penyebabnya adalah peningkatan tekanan di dalam bola mata yang terjadi secara perlahan-lahan. Rata-rata tekanan normal bola mata adalah 14 sampai 16 milimeter air raksa (mmHg). Tekanan sampai 20 mmHg masih dalam batas normal. Tekanan di atas atau sama dengan 22 mmHg diperkirakan patut dicurigai menderita glaukoma dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Tekanan bola mata yang meningkat dapat membahayakan dan menghancurkan sel-sel daripada syaraf/nervus opticus di mata. Begitu terjadinya kehancuran sejumlah sel-sel tersebut, suatu keadaan bintik buta (blind spot) mulai terbentuk dalam suatu lapang pandangan. Bintik buta ini biasanya dimulai dari daerah samping/tepi (perifer) atau daerah yang lebih luar dari satu lapang pandangan. Pada tahap lebih lanjut, daerah yang lebih tengah/pusat akan juga terpengaruh. Sekali kehilangan penglihatan terjadi, keadaan ini tidak dapat kembali normal lagi (ireversibel).
Tidak ada gejala-gejala yang nyata/berhubungan dengan glaukoma sudut terbuka, karenanya sering tidak terdiagnosis. Para penderita tidak merasakan adanya nyeri dan sering tidak menyadari bahwa penglihatannya berangsur-angsur makin memburuk sampai tahap/stadium lanjut dari penyakitnya. Terapi sangat dibutuhkan untuk mencegah berkembangnya penyakit glaukoma ini dan untuk mencegah pengrusakan lebih lanjut dari penglihatan. 
  • Normal tension glaucoma (Glaukoma bertekanan normal) 
Glaukoma bertekanan normal adalah suatu keadaan dimana terjadi kerusakan yang progresif terhadap syaraf/nervus opticus dan terjadi kehilangan lapang pandangan meski tekanan di dalam bola matanya tetap normal. Tipe glaukoma ini diperkirakan ada hubungannya, meski kecil, dengan kurangnya sirkulasi darah di syaraf/nervus opticus, yang mana mengakibatkan kematian dari sel-sel yang bertugas membawa impuls/rangsang  tersebut dari retina menuju ke otak. Sebagai tambahan, kerusakan yang terjadi karena hubungannya dengan tekanan dalam bola mata juga bisa terjadi pada yang masih dalam batas normal tinggi (high normal), jadi tekanan yang lebih rendah dari normal juga seringkali dibutuhkan untuk mencegah hilangnya penglihatan yang lebih lanjut. Glaukoma bertekanan normal ini paling sering terjadi pada orang-orang yang memiliki riwayat penyakit pembuluh darah, orang Jepang atau pada wanita. 
  • Angle closure glaucoma (Glaukoma sudut tertutup)
Glaukoma sudut tertutup paling sering terjadi pada orang keturunan Asia dan orang-orang yang penglihatan jauhnya buruk, juga ada kecenderungan untuk penyakit ini diturunkan di dalam keluarga, jadi bisa saja di dalam satu keluarga anggotanya menderita penyakit ini. Pada orang dengan kecenderungan untuk menderita glaukoma sudut tertutup ini, sudutnya lebih dangkal dari rata-rata biasanya. Karena letak dari jaringan trabekular meshwork itu terletak di sudut yang terbentuk dimana kornea dan iris bertemu, makin dangkal sudut maka makin dekat pula iris terhadap jaringan trabecular meshwork. Kemampuan dari cairan mata untuk mengalir/melewati ruang antara iris dan lensa menjadi berkurang, menyebabkan tekanan karena cairan ini terbentuk di belakang iris, selanjutnya menjadikan sudut semakin dangkal. Jika tekanan menjadi lebih tinggi  membuat iris menghalangi jaringan trabecular meshwork, maka akan memblok aliran. Keadaan ini bisa terjadi akut atau kronis. Pada yang akut, terjadi peningkatan yang tiba-tiba tekanan dalam bola mata dan ini dapat terjadi dalam beberapa jam serta disertai nyeri yang sangat pada mata. Mata menjadi merah, kornea membengkak dan kusam, pandangan kabur, dsb. Keadaan ini merupakan suatu keadaan yang perlu penanganan segera karena kerusakan terhadap syaraf opticus dapat terjadi dengan cepat dan menyebabkan kerusakan penglihatan yang menetap.
Tidak semua penderita dengan glaukoma sudut tertutup akan mengalami gejala serangan akut. Bahkan, sebagian dapat berkembang menjadi bentuk yang kronis. Pada keadaan ini, iris secara bertahap akan menutup aliran, sehingga tidak ada gejala yang nyata. Jika ini terjadi, maka akan terbentuk jaringan parut diantara iris dan aliran, dan tekan dalam bola mata tidak meningkat sampai terdapat jumlah jaringan parut yang banyak. Serangan akut bisa dicegah dengan memberikan pengobatan.

Berdasarkan hasil survey epidemiologi, glaukoma sudut tertutup lebih sering terjadi di Asia Timur, khususnya keturunan Cina. 
Pigmentary glaucoma
Pigmentary glaucoma adalah suatu bentuk yang diturunkan dari bentuk glaukoma sudut terbuka yang mana kejadiannya lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita. Orang yang dengan miop (berkaca mata minus) biasanya yang lebih sering terkena. Bentuk anatomi dari mata merupakan faktor kunci untuk berkembangnya bentuk ini. 
Congenital glaucoma
Bentuk ini adalah bentuk yang jarang terjadi, yang disebabkan oleh system pengaliran cairan mata yang abnormal. Ini bisa terjadi pada waktu lahir atau berkembang di kemudian hari. Para orang tua bisa mengetahui jika anaknya menderita kelainan ini dengan cara memperhatikan apakah anaknya sensitif terhadap cahaya, mata yang besar dan berawan/kusam atau mata berair berlebihan. Biasanya diperlukan tindakan bedah untuk menanganinya. 
Secondary glaucoma
Bentuk ini adalah sebagai hasil dari kelainan mata lainnya seperti trauma, katarak, atau radang mata. Penggunaan obat-obat golongan steroid (kortison) juga mempunyai kecenderungan untuk meningkatkan tekanan di dalam bola mata. 

Bagaimana mendeteksi glaukoma?
Pemeriksaan mata secara rutin dan berkala adalah salah satu cara yang tepat untuk mendeteksi seawal mungkin glaukoma. Test-test untuk glaukoma meliputi:
Pemeriksaan syaraf optik dengan alat optalmoskop
Pemeriksaan tekanan mata dengan tonometer
Jika perlu pemeriksaan lapang pandangan
Bisakah glaukoma diobati?
Meski tidak ada cara untuk menyembuhkan glaukoma, namun kehilangan/kerusakan pandangan dapat dikontrol atau dicegah. 
Penanganan termasuk:
Tetes mata: cara ini merupakan yang paling umum dan sering dan harus dilakukan secara teratur. Sebagian pasien dapat mendapatkan respon yang bagus dari suatu obat sementara yang lainnya bisa tidak mendapatkan respon, namun pemilihan pengobatan harus disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan tipe glaukomanya.
Laser (laser trabeculoplasty): ini dilakukan jika obat tetes mata tidak menghentikan kerusakan penglihatan. Pada kebanyakan kasus, meski telah dilakukan tindakan laser ini, obat tetes mata tetap harus diberikan. Tindakan laser ini tidak memerlukan pasien untuk dirawat di rumah sakit.
Pembedahan (trabeculectomy) : ini dilakukan jika tetes mata dan penanganan dengan laser gagal untuk dapat mengontrol tekanan bola mata. Sebuah saluran dibuat untuk memungkinkan cairan mata mengalir keluar. Tindakan ini dapat menyelamatkan sisa penglihatan yang ada tapi tidak memperbaiki pandangan.

you are my happiness


Senang sekali rasanya jika kita bisa saling berbagi dengan sesama ‘teman perjuangan’ pada bidang yang sama dan bagiku seorang teman merupakan anugerah dari Tuhan yang dianugerahkan kepadaku, maka aq harus bisa beradaptasi dengan mereka walupun banyak sekali perbedaan yang sulit untuk dimengerti
Kita sebagai Manusia makhluk sosial yang  selalu membutuhkan orang lain dalam mengisi hidup dan  yang tidak mampu hidup sendiri dan  senantiasa membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Saya kira takkan ada manusiapun yang mampu memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya sendiri mulai dari makan, pakaian, dll. Kebersamaan kita bersama saudara, keluarga dan kerabat dapat menjadikan hidup kita lebih berarti. Itulah indahnya sebuah kebersamaan.

Karena kebersamaanlah yang membuat segala kesulitan serta kekurang nyamanan (kalau tidak bisa disebut tidak betah:) dengan adanya canda kehidupan yang lain diantara sobat-sobat,kita bisa sedikit terhibur oleh kehadiran teman-teman yang senantiasa menemani. Segala keadaan kita tanggung bersama, keterbatasan pun kita carikan solusinya. Ketidakhadiran keluarga dan orang terdekat masih bisa tergantikan oleh rekan—rekan yang membantu mengisi hari-hari yang cukup penat oleh pekerjaan dan kesendirian. Karena kehadiran rekan dan saudara kira mempunyai pengganti keluarga yang nun jauh di negeri sana. Canda tawa kita bagi bersama-sama untuk sebagai hiburan dalam hati yang kadang memuncak kerinduan untuk berkumpul bersama keluarga tercinta. Konflik menjadi bumbu penyedap bagi sebuah hidangan senyum dan tawa dalam sebuah harmoni keluarga. Rasa senasib dan sepenanggungan membuat kita tidak egois dalam berpikir dan bersikap. Dan semuanya menjadi sebuah pelajaran kehidupan agar mampu lebih dewasa dalam menjalani hidup. Perasaan bahwa masih ada saudara kita di sini, menjadi kunci bagi kita agar tetap survive dalam segala cuaca kehidupan. Tenggang rasa, empati, belajar untuk lebih mengenal dan memahami saudara kita benar2 teruji di sini. Mengelola emosi agar tidak mudah terpancing oleh kelakuan saudara kita harus dijalani. Bagaimana memperluas hati kita terhadap segala kelakukan saudara kita mutlak dilakukan. Dan kita pun harus belajar bagaimana menempatkan diri dan bersikap terhadap orang lain. Mengingat kelakukan yang sama bisa berbeda penafsiran untuk orang yang berbeda. Bahkan kelakuan yang sama untuk orang yang sama pun bisa dipahami berbeda bila sikonnya berbeda pula. Dengan interaksi yang hamper selama 24 jam kita bisa lebih mengenal bagaiman sih si A itu, apa sih kesukaan si B, dsb. Dengan keadaan yang ada kita belajar untuk tidak egois, hanya memikirkan diri sendiri, tapi juga belajar apa akibat tindakan kita terhadap orang lain. Bukanlah suatu masalah yang cukup besar bila tindak tanduk kita (emang manusia punya tanduk?:) hanya berefek pada diri kita probadi, namun kalau kesalahan seorang berakibat pada terugikannya saudara kita yang lain bagaimana dong?